Kuala Lumpur - Untuk pertama kalinya Peru tampil di putaran final Piala Thomas. Kalah dari China sama sekali tidak membuat mereka marah karena penampilan debut adalah pengalaman berharga untuk lebih berkemampuan.
Peru ada di Kuala Lumpur sebagai perwakilan terbaik dari kawasan Pan Amerika. Mereka hanya membawa enam pemain, dan itu menyebabkan di antara mereka harus bermain di nomor tunggal dan ganda.
Peran dobel itu baru saja dilakoni Antonio de Vinatae, Andres Corpancho dan Rodrigo Pacheco. Pada pertandingan perdananya di Grup A melawan China, Minggu (9/5/2010), mereka bermain dua kali.
De Vinatae yang berada di urutan 153 dalam daftar peringkat BMW, bermain di tunggal pertama melawan pemain nomor dua, Lin Dan. Hasilnya, ia menyerah di angka satu digit: 4-21, 6-21.
Berikutnya Corpancho turun ke lapangan di tunggal kedua. Sama seperti De Vinatae, pemain peringkat 156 itu kalah dengan cepat dari Chen Jin (3) dengan 9-21 8-21. Pacheco (202) paling mendingan, bisa melewati angka 10 sebelum kalah 11-21 8-21 dari Chen Long (10).
Di dua partai terakhir yang takkan membatalkan China, Peru kembali memainkan De Vinatae di partai keempat di nomor ganda. Berpasangan dengan Martin del Valle, mereka kalah 6-21 6-21 dari Guo Zhandong/Chen Xu. Di partai penutup, Pacheco dan Corpancho berduet untuk menelan kekalahan 12-21 8-21 dari Biao Chai/Zhang Nan.
"Kalah itu tidak enak. Tapi saya rasa tidaklah pantas untuk marah. Para pemain sudah memberikan segalanya di pertandingan ini melawan juara bertahan," tutur pelatih kepala Peru kelahiran Spanyol, Crespo Antonio, dalam jumpa pers di Putra Stadium, Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
"Masuk final Piala Thomas saja sudah merupakan sebuah prestasi untuk bulutangkis Peru," sambungnya. "Kehormatan besar bisa ada di sini, bermain di putaran final. Sebelum-sebelumnya Amerika Serikat yang berjaya di Pan Amerika. Ini menunjukkan kami sedang membesarkan badminton di negara kami."
Menurut Pacheco, bulutangkis sudah dimainkan lebih dari 50 tahun di Peru dan dinikmati berbagai generasi. Akan tetapi, minimnya klub membuat perkembangan dan promosi olahraga ini sangat lambat dan sulit. Satu-satunya klub di sana adalah Ragetas di ibukota Lima, yang memiliki 150 anggota aktif dan mereka berlatih dua setengah jam per hari.
Peru masih akan bermain satu kali lagi di Piala Thomas perdananya ini, yakni melawan tim kuat lainnya, Korea Selatan, hari Senin (10/5) petang. Sekali lagi mereka akan belajar dan menambah pengalaman.
( a2s / arp )
Dapatkan info harian khusus olahraga Raket.
Ketik REG DS RAKET kirim ke 3845 (khusus pelanggan Telkomsel)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Peru ada di Kuala Lumpur sebagai perwakilan terbaik dari kawasan Pan Amerika. Mereka hanya membawa enam pemain, dan itu menyebabkan di antara mereka harus bermain di nomor tunggal dan ganda.
Peran dobel itu baru saja dilakoni Antonio de Vinatae, Andres Corpancho dan Rodrigo Pacheco. Pada pertandingan perdananya di Grup A melawan China, Minggu (9/5/2010), mereka bermain dua kali.
De Vinatae yang berada di urutan 153 dalam daftar peringkat BMW, bermain di tunggal pertama melawan pemain nomor dua, Lin Dan. Hasilnya, ia menyerah di angka satu digit: 4-21, 6-21.
Berikutnya Corpancho turun ke lapangan di tunggal kedua. Sama seperti De Vinatae, pemain peringkat 156 itu kalah dengan cepat dari Chen Jin (3) dengan 9-21 8-21. Pacheco (202) paling mendingan, bisa melewati angka 10 sebelum kalah 11-21 8-21 dari Chen Long (10).
Di dua partai terakhir yang takkan membatalkan China, Peru kembali memainkan De Vinatae di partai keempat di nomor ganda. Berpasangan dengan Martin del Valle, mereka kalah 6-21 6-21 dari Guo Zhandong/Chen Xu. Di partai penutup, Pacheco dan Corpancho berduet untuk menelan kekalahan 12-21 8-21 dari Biao Chai/Zhang Nan.
"Kalah itu tidak enak. Tapi saya rasa tidaklah pantas untuk marah. Para pemain sudah memberikan segalanya di pertandingan ini melawan juara bertahan," tutur pelatih kepala Peru kelahiran Spanyol, Crespo Antonio, dalam jumpa pers di Putra Stadium, Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
"Masuk final Piala Thomas saja sudah merupakan sebuah prestasi untuk bulutangkis Peru," sambungnya. "Kehormatan besar bisa ada di sini, bermain di putaran final. Sebelum-sebelumnya Amerika Serikat yang berjaya di Pan Amerika. Ini menunjukkan kami sedang membesarkan badminton di negara kami."
Menurut Pacheco, bulutangkis sudah dimainkan lebih dari 50 tahun di Peru dan dinikmati berbagai generasi. Akan tetapi, minimnya klub membuat perkembangan dan promosi olahraga ini sangat lambat dan sulit. Satu-satunya klub di sana adalah Ragetas di ibukota Lima, yang memiliki 150 anggota aktif dan mereka berlatih dua setengah jam per hari.
Peru masih akan bermain satu kali lagi di Piala Thomas perdananya ini, yakni melawan tim kuat lainnya, Korea Selatan, hari Senin (10/5) petang. Sekali lagi mereka akan belajar dan menambah pengalaman.
( a2s / arp )
Dapatkan info harian khusus olahraga Raket.
Ketik REG DS RAKET kirim ke 3845 (khusus pelanggan Telkomsel)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
0 Komentar Untuk "Peru Ingin 'Bisa' Badminton"
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon